Catat Baik-Baik Password SSCASN Kamu, Agar Tidak Menyesal Kemudian Hari

*Amankan password akun sscasn dan email kamu di catatan hape, catatan buku, ataupun catatan online via email. Segera lakukan sebelum terlambat dan mengalami hal yang sama dengan kisah di bawah ini. Kisah nyata yang dialami penulis pada penerimaan ASN tahun 2017 lalu. Dan saat ini penulis sudah tidak lagi bekerja sebagai wartawan. :) 


Perhatian ekstra: Catat password dan pertanyaan pengaman di banyak tempat jika kamu pelupa.

            Perkenalkan, aku seorang wartawati salah satu harian pagi terbesar yang masih ada hingga kini (dan nanti). 
Amin. Bekerja sebagai wartawan benar-benar menuntut waktu, energi, dan otakku selama 24 jam. Belum lagi, jika ada komplain dari para narasumber atau masyarakat terkait pemberitaan. Pusing!

            Wanita yang bekerja sebagai wartawan punya beban moral dan fisik yang tinggi. Target empat berita satu hari cukup membuat hari-hariku serasa dikejar kereta api. Berkali-kali aku coba untuk berhenti. Namun, saat itu juga selalu ada saja kemudahan yang Allah berikan padaku. Mulai dari narasumber hingga hal-hal lainnya menjadi semakin mudah.
Meski pekerjaanku wartawan, aku punya satu kelemahan yakni pelupa. Meski lupa adalah hal yang manusiawi. Bagiku, kehadirannya lebih banyak mengganggu alias unfaedahSisi positifnya itu hanya terjadi saat aku lupa akan hal buruk atau nyinyiran orang lain. Misal, "Kok jadi wartawan sih mbk?" "Cantik-cantik kerjanya kok di jalanan?" Tapi, beda cerita lagi kalau lupa password. Apalagi password akun penting. Rasanya kesal bukan main.
Ya, aku lupa dengan password akun pendaftaran CPNS. Pemerintah awalnya membuka kesempatan untuk pencari kerja buat mengisi lowongan di Kementerian Hukum dan HAM. Daftarlah aku disitu, karena aku ingin keluar dari dunia jurnalistik. Dan bermimpi untuk bekerja di sebuah instansi dengan jam kerja yang teratur dan tanpa target tinggi. Usai membuat akun, semua sandi dan pertanyaan pengaman aku catat di hape maupun kertas.
 Tapi ternyata, semesta berkata lain. Dalam surat pengumuman yang viral, dijelaskan kalau tes tulisnya dilaksanakan di Jakarta. Yes, gagal berangkat! Rumahku di ujung timur Jawa Timur, butuh biaya tidak sedikit untuk sampai Jakarta. Apalagi peluang untuk lulus mungkin 1:100, bahkan 1:1000.
Tiga minggu berlalu sejak kegagalan itu. Pemerintah buka pendaftaran CPNS tahap kedua untuk 20 kementerian. Aku buka websitenya. Ternyata, untuk mendaftar tetap menggunakan nomor KTP dan password yang sama dengan Kemenkumham kemarin. Lalu aku mulai mencari catatan kecil itu di hape, kertas dan komputer kerjaku. Aku yakin betul, bahwa aku sudah menyimpannya di hape dan mencatatnya di selembar kertas. Tapi, kenapa di catatan hape tidak ada. selembar kertas yang aku maksudkan pun raib ditelan bumi. Aku cari dari pagi, siang, sore, malam, hingga tengah malam sampai pagi keesokan harinya. Belum ketemu dan aku tidak mau menyerah, aku cari lagi keesokan harinya.
Sela-sela waktu luang yang kupunya kugunakan untuk terus mencoba memecahkan teka-teki password. Bahkan, aku tuliskan semua kata password yang mungkin  aku gunakan.  Mulai dari penggunaan huruf besar hingga pakai angka atau yang tidak pakai keduanya. Hasilnya tetap nihil. Aku lupa total! Hingga hari ketiga pun tak ada hasil.
Malam hari ketiga sekitar pukul 20.00 WIB sepulang kerja, badanku meriang. Setiap kali angin berhembus mengenai tubuhku, bulu kudukku langsung berdiri semua.  Aku rasa aku masuk angin. Tenggorokanku juga terasa sakit. Malam hari badanku demam tinggi. Aku tidak sempat periksa ke dokter.
Esok saat Subuh, aku masih mencoba untuk mengakses akunku. Tapi tetap saja, tak terpecahkan. Tenggorokanku juga semakin sakit, bengkak sedikit di area leher. Diantara rasa sakit dan harapan akan akun PNS, air mataku jatuh pagi itu.
Ya Allah, kenapa engkau timpakan ini padaku. Aku rasa, kesempatan ini merupakan peluangku satu-satunya  untuk meraih pekerjaan impianku, sebagai pegawai pemerintah. Air mataku semakin deras seiring dengan badanku yang memanas. Sesenggukan. Suara tangis kuredam dengam membenamkan wajahku ke guling. Suara ibu mengaji di ruang salat tepat disamping kamar cukup mengobati sakitnya pedihnya hatiku meratapi nasib.
Ibu tahu kondisi sakitku, tanpa tahu tangisanku karena CPNS. Lantas menyarankan aku untuk pergi ke dokter dan minum obat penahan nyeri. “Ndak papa bu, nanti juga hilang sakit tenggorokannya, panasnya juga mulai mereda,” kataku saat pamit untuk kerja.
Aku bandel. Seharian aku bekerja. Ibuku benar, tenggorokanku semakin sakit. Akhirnya aku putuskan pulang. Melakukan pekerjaanku di rumah. Ibuku yang tahu aku pulang, langsung menuju kamarku saat aku sibuk mengetik berita.
 “Ayo makan dulu. Ibu tau dari Ira (Adikkku) Katanya mbak nangis gara-gara lupa password PNS. Jangan khawatir, Allah sudah menyediakan rejeki untuk masing-masing umatnya. Kamu tidak akan mati kelaparan hanya karena tidak jadi PNS,” celetuk beliau tiba-tiba.
Aku kaget. Ibu tahu tentang aku cari password PNS. Otakku yang lupa sejenak karena deadline  berita, ingat lagi hal itu. Dengar ibu bicara seperti itu, maknyesss. Hatiku ikut bergetar, air mataku tak tahu malu. Langsung mengalir di pipi. Aku makan disuapin ibu dengan berlinang air mata. Sekali lagi ibu meyakinkan aku untuk tetap bertahan dengan pekerjaanku saat ini.
            Perkataan ibuku memberikan ruang lega di hatiku. Semula aku berfikir, Ibu pasti kecewa jika aku tidak bisa memanfaatkan kesempatan rekrutmen PNS saat itu. Ternyata, ibuku punya hati yang luas, bisa menerima kekurangan anaknya yang pelupa ini.
            Esoknya, aku paksakan otakku dan hatiku menerima kenyataan dan berlapang dada. Masih terasa pedih. Kondisi psikis yang buruk membuat panas badanku tak kunjung mereda. Kebetulan hari itu libur kerja. Aku langsung periksa ke dokter. Dokter menyarankan aku untuk ambil isirahat di rumah selama tiga hari.
  Memang, kehendak Tuhan lah yang nomor satu. Manusia hanya berperan menjalani semua itu. Hingga kini aku berusaha mensyukuri apapun yang Tuhan berikan padaku. Tetapi aku tetap meyakini suatu ketika nanti Tuhan akan memberikan izinnya, untuk aku melakoni pekerjaan impianku.






Komentar

Postingan populer dari blog ini

RESENSI BUKU "RENTANG KISAH"

Just Write About Evolusi

Skripsweet, Ulalalaaa