Pasar Tradisional vs Pasar Modern

Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta ditandai dengan adanya transaksi penjual pembeli secara langsung dan biasanya ada proses tawar-menawar, bangunan biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai, los dan dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual maupun suatu pengelola pasar. Kebanyakan menjual kebutuhan sehari-hari seperti bahan-bahan makanan berupa ikan, buah, sayur-sayuran, telur, daging, kain, pakaian barang elektronik, jasa dan lain-lain. Selain itu, ada pula yang menjual kue-kue dan barang-barang lainnya. Pasar seperti ini masih banyak ditemukan di Indonesia, dan umumnya terletak dekat kawasan perumahan agar memudahkan pembeli untuk mencapai pasar. Beberapa pasar tradisional yang "legendaris" antara lain adalah pasar Beringharjo di Yogyakarta, pasar Klewer di Solo, pasar Johar di Semarang.

Dan pasar modern tidak jauh berbeda dengan pasar tradisional, namun penjual dan pembeli tidak bertransakasi secara langsung melainkan pembeli melihat label harga yang tercantum dalam barang (barcode), berada dalam bangunan dan pelayanannya dilakukan secara mandiri (swalayan) atau dilayani oleh pramuniaga. Barang-barang yang dijual, selain bahan makanan makanan seperti; buah, sayuran, daging; sebagian besar barang lainnya yang dijual adalah barang yang dapat bertahan lama. Contoh dari pasar modern adalah hypermarket, pasar swalayan (supermarket), dan minimarket.

Keberadaan pasar tradisional saat ini di Indonesia sudah mulai tergeser dan kalah bersaing dengan pasar modern. Jumlah pasar tradisional di Indonesia mencapai 13.500. Na­mun, sangat disayangkan, 90 per­sen­nya tidak terkelola dengan baik. Berdasarkan survey yang dilakukan oleh AC Nielsen pertumbuhan Pasar Modern (termasuk Hypermarket) sebesar 31,4%, sementara pertumbuhan Pasar Tradisional -8,1% (SWA, Edisi Desember 2004) Dari sumber APPSI sendiri di Jakarta ditemukan bahwa setiap tahun terdapat 400 kios di pasar yang tutup. Kondisi ini terjadi juga di kota-kota besar lainnya.

              Hampir semua pasar tradisional mengalami penurunan omzet sampai 75%, bahkan ada pedagang yang dalam satu harinya untuk mendapatkan Rp. 50.000,- sudah susah. Di DKI Jakarta, pada tahun 2004 saja, ada 7 pasar sudah dilikuidasi (Blora, Cilincing, Cipinang Besar, Kramat Jaya, Muncang, Prumpung Tengah dan Sinar Utara).
Di Kabupaten Tangerang 5.908 kios dan los tutup dari 9.392 kios dan los yang ada (Sumber PD. Psr Niaga Kerta Raharja)

Kalau dibiarkan saja dan tidak ditangani secara serius, pasar tradisional yang ada di Indonesia lama-kelamaan bisa musnah ditelan rentenir raksasa. Padahal pasar tradisional memiliki peran yang sangat berarti dalam kehidupan  yaitu :
a)   Pasar tradisional selalu menjadi indikator nasional dalam stabilitas pangan seperti beras, gula, dan sembilan kebutuhan pokok. Kelangkaan beras di pasar misalnya, menyebabkan Pemerintah kalang-kabut dan dapat menjadi ukuran kinerja para menteri bidang ekonomi. Bahkan pada masa-masa Pemilihan Umum maupun Pemilihan Kepala Daerah, pasar tradisional selalu menjadi target tempat kampanye para calon Presiden maupun Calon Kepala Daerah.
b)      b)Pasar tradisional di seluruh Indonesia masih merupakan wadah utama penjualan produk-produk berskala ekonomi rakyat seperti : petani, nelayan, pengrajin dan home industri (industri rakyat). Puluhan juta orang menyandarkan hidupnya kepada pasar tradisional.
c)Interaksi sosial sangat kental didalam pasar, mulai dari tata cara penjualan (sistem tawar menawar) sampai dengan ragam latar belakang suku dan ras didalamnya (komunitas mana yang selengkap di pasar tradisional?; mulai dari Keturunan Arab, Cina, Batak, Padang, Sunda, Jawa, Madura, semua ada).
c)      d)Pasar tradisional merupakan kumpulan para entrepreneur yang memiliki modal sendiri.
Pola usaha yang terjadi di pasar tradisional memberikan jaminan transaksi bisnis yang lebih sehat dari para pelaku yang terlibat didalamnya.

Faktor-faktor yang membuat pasar tradisional tersingkir antara lain berasal dari pemerintah dan masyarakat itu sendiri. Pemerintah dinilai kurang memberi  perlindungan  dan perhatian terhadap keberadaan pasar tradisional. Dan yang kedua adalah kesadaran masyarakat yang kurang atau bahkan mungkin masyarakat tidak sadar dengan peranannya yang sangat berpengaruh terhadap keberadaan pasar tradisional, yaitu sebagai pelaku utama perekonomian pasar.

Keadaan jaman yang serba modern saat ini membuat orang-orang menuntut segalanya menjadi praktis dan mudah untuk dilakukan termasuk dalam hal membeli keperluan sehari-hari. Akibatnya perilaku masyarakat pun berkembang pula menjadi lebih suka berbelanja di mall-mall, supermarket, atau minimarket daripada pergi ke pasar tradisional. Karena mereka beranggapan barang-barang yang dijual di sana lebih higienis, tempatnya tidak kumuh, lebih tertata rapi dan lebih aman dibanding dengan pasar tradisional.Inilah salah satu image jelek yang membuat masyarakat malas pergi berbelanja ke pasar tradisional.
tapi jika dipikir-pikir lagi, berbelanja di pasar tradisional lebih menguntungkan loo ketimbang di pasar modern, karena..
1)      Harga bisa ditawar.
Harga barang di pasar tradisional berbeda dengan harga jual yang di pasar modern. Pasar modern cenderung lebih mahal karena biasanya harga yang ada sudah termasuk pajak tempat, pajak penjualan, dll. Meskipun terkadang pasar modern mengadakan diskon besar-besaran, tapi tetap aja mahal.  Sedangkan di pasa tradisional, jika kita pintar menawar, kita bisa mendapatkan barang yang kita mau dengan setengah harga awalnya, bahkan seperempatnya.(pembeli tidak  kasian kepada penjual, hehehe)
2)      Pilihan barang lebih banyak
Banyaknya pilihan membuat kita lebih bisa bervariasi menentukan kualitas dalam membeli barang.
3)      Sarana Rekreasi
Pergi ke pasar juga salah satu penghilang stress looh,,, karena disana kita bertemu dengan banyak orang dengan tipikal yang berbeda-beda, gak peduli cantik, ganteng, jelek, kaya, miskin, pinter,gak pinter, semuanya tumplek blek di pasar. Bahkan kita bisa dapet teman baru (XD)
4)      Memperat Persatuan Dan Kesatuan
Biasanya setiap penjual mempunyai langganan sendiri-sendiri, nah interaksi antara penjual dan pelanggannya membentuk suatu hubungan yang harmonis,sehingga dapat memperkuat silaturohim diantara keduanya.
5)      Membantu Pemerintah secara Tidak Langsung
Dengan berbelanja ke pasar, kita sudah membantu mempertahankan perekonomian rakyat menengah ke bawah dan menjaga pasar tradisional tetap lestari tidak terlikuidasi. Apabila itu benar-benar tercapai tentu pemerintah tida akan pusing-pusing lagi merevitalisasi pasar yang butuh biaya besar dalam pelaksanaannya. Jadi untuk membantu pemerintah kita gak harus mati di medan perang. :))

 Dan  berbelanja di pasar modern seperti supermarket besar tidak selamanya nyaman dan higienis. Untuk kebutuhan tertentu seperti buah-buahan, sayur mayur, dan ikan tidak selalu dijual dalam keadaan segar. Teman di kos saya membuktikan sendiri, waktu itu dia membeli buah kelengkeng yang sudah terkemas dengan ketat oleh plastik. Setelah sampai di kos, dan ketika di makan rame-rame, ternyata buah kelengkengnya sudah asam rasanya seperti mau busuk dan benyek-benyek gimana gitu…jadi giloo sendiri mau makan. Jadi kalau mau beli buah-buahan mending beli yang diecer, gak paket-paketan gitu atau sekalian beli di pasar tradisional gituu.:))



Sumber : http://appsijatim.multiply.com/reviews/item/3?&show_interstitial=1&u=%2Freviews%2Fitem

Komentar

Postingan populer dari blog ini

RESENSI BUKU "RENTANG KISAH"

Just Write About Evolusi

Skripsweet, Ulalalaaa